MAGISTER MANAGEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
S A L A T I G A
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Case-based learning (CBL) atau pembelajaran berbasis kasus mulai dikenalkan di pendidikan tinggi hukum pada akhir tahun 1800-an. Pembelajaran jenis ini kemudian dikenalkan pula di sekolah tinggi ekonomika pada awal tahun 1900-an. Latar belakang akademik Case-based learning adalah upaya mendekatkan jarak antara peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal ini peserta didik bertindak selaku subyek pembelajaran aktif. Dengan demikian kepada para peserta didik perlu disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya.
Menurut Barnes et al (1994) kasus adalah an account of events that seem to include enough intriguing decision points and provocative undercurrents to make a discussion group want to think and argue about them. Dalam hal ini kasus dapat berupa kejadian yang sesungguhnya, dan dapat pula berupa rekaan sebagai suatu simulator. Beberepa elemen pokok yang perlu diperhatikan dalam struktur kasus mencakup karakter, situasi, dan dilema yang tercantum di dalam skenario harus mampu mendorong terjadinya diskusi yang bermakna bagi pembelajaran. Kasus yang kompleks dan kaya akan informasi menggambarkan kejadian yang membuka kemungkinan untuk munculnya berbagai macam interpretasi. Hal seperti ini akan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan daripada menjawab pertanyaan, merangsang mahasiswa untuk memecahkan masalah, membentuk kecerdasan bersama dan mengembangkan berbagai macam perspektif.
Case Based Learning adalah sebuah paradigma pendidikan yang erat kaitannya dengan Problem Based Learning. Beberapa hal dalam istilah Problem-based learning sering berdampak negatif dan menyesatkan, dan menyoroti bahwa tidak ada deskripsi tentang definisi dari Problem Based Learning. Pertumbuhan jumlah sinonim problem based learning termasuk integrasi pembelajaran, pembelajaran berpusat pada pasien, model pathway, project based learning dan case based learning. Semua memiliki kesamaan karakteristik pendidikan pada problem based learning dan dapat dipertimbangkan sebagai variasi yang setaraf atau sepadan, tetapi sebuah perbedaan jelas yang dapat dibuat sebagai persamaan antara problem based learning dan case based learning.
Perbedaan yang fundamental yaitu bahwa Problem Based Learning tidak mensyaratkan pengalaman utama atau pengertian dari subjek yang sebenarnya, sedangkan Case Based Learning mensyaratkan siswa untuk memiliki sebuah tingkat prioritas pengetahuan yang dapat membantu memecahkan masalah.
2. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Memahami pengertian Case Based Learning
b) Memahami proporsi hubungan Case Based Learning dengan pembelajaran lain yang serumpun
c) Merancang pembelajaran dengan model Case Based Learning
d) Memahami kelemahan dan kekuatan pembelajaran dengan model Case Based Learning
3. Rumusan Masalah
a) Apa itu Case Based Learning?
b) Bagaimana proporsi hubungan Case Based Learning dengan pembelajaran lain yang serumpun?
c) Bagaimana merancang sebuah pembelajaran dengan model Case Based Learning?
d) Apa saja kelemahan dan kekuatan pembelajaran dengan model Case Based Learning?
4. Sistematika Penulisan
Berikut sistematika penulisan makalah ini :
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penelitian
3. Rumusan Masalah
4. Sistematika Penulisan
B. Pembahasan
1. Landasan Teoritis Model
2. Hasil Penelitian yang relevan
3. Standar Operasional yang baku
C. Penutup
1. Kesimpulan
1. Landasan Teoritis Model
1.1 Definisi
Case Based Learning adalah sebuah rancangan model intruksional yang merupakan sebuah varian dari pembelajaran berorientasi project. Case Based Learning popular dalam dunia bisnis dan sekolah-sekolah hukum. Case Based Learning dalam lingkup yang lebih sempit benar-benar serupa dengan problem based learning, namun Case Based Learning lebih terbuka dalam definisi dari project based learning. Menurut Case Based Learning, kasus adalah berita faktual, masalah yang kompleks ditulis untuk menstimulasi diskusi kelas dan analisis kolaborasi. Kasus diajarkan dengan melibatkan siswa agar interaktif, eksplorasi ide berpusat pada siswa dan situasi yang spesifik.
Format Case Based Learning mensyaratkan siswa untuk mengingat kembali sebelumnya mencakup materi untuk memecahkan kasus klinis yang didasarkan pada praktik klinis. Berikut gambar tentang proses case based learning (CBL) yang diadaptasi dari the Maastricht “Seven Jump”.
1.2 Karakteristik
Karakteristik utama dari Case Based Learning ini diperoleh dari Problem Based Learning yaitu sebuah kasus, masalah atau inkuiri (penyelidikan) yang digunakan untuk menstimulasi dan menyokong sebagai tambahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Kasus menempatkan kejadian-kejadian dalam sebuah konteks atau situasi yang dipertimbangkan dengan pembelajaran otentik. Kasus secara umum ditulis sebagai masalah yang disediakan bagi siswa dengan sebuah latar belakang dari pasien atau situasi klinis yang lain. Mendukung informasi yang disediakan seperti artikel peneliti terdahulu, tanda-tanda bahaya, tanda-tanda klinis dan hasil laboratorium.
Case Based Learning memperbolehkan siswa untuk mengembangkan sebuah kolaborasi pendekatan berbasis kelompok untuk pendidikan mereka. Karakteristik lain mencakup hipotesis umum dan konsolidasi dan integrasi aktivitas pembelajaran. Keuntungan yang lain adalah :
a) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dikembangkan, mengikuti pembelajaran individu
b) Menyemangati evaluasi diri sendiri dan relfeksi kritis
c) Memperbolehkan penyelidikan ilmiah dan pengembangan ketetapan kesimpulan mereka
d) Integrasi pengetahuan dan praktik
e) Mengembangkan ketrampilan pembelajaran
1.3 Fitur
a) Berpusat pada siswa
b) Kolaborasi dan kerjasama antara partisipan
c) Diskusi pada situasi yang lebih khusus, dengan tipe contoh dunia nyata
d) Pertanyaan tidak hanya dengan satu jawaban
1.4 Siswa
a) Bertaut dengan karakteristik dan keadaan cerita/ kisah
b) Mengidentifikasi masalah seperti yang mereka rasakan
c) Menghubungkan arti dari kisah tersebut dengan kehidupan mereka sendiri
d) Membawa latar belakang pengetahuan dan prinsip mereka
e) Mengumpulkan poin dan pertanyaan dan mempertahankan posisi mereka
f) Memformulasikan strategi untuk analisis data dan membangkitkan kemungkinan solusi
1.5 Guru
a) Sebagai fasilitator
b) Menyemangati eksplorasi kasus dan pertimbangan tindakan karakter dalam keputusan mereka sendiri
c) Mengajukan pertanyaan yang mendorong pemikiran lebih baik
d) Merangkai bersama-sama kontribusi individu sehingga dapat melihat pola kelas
e) Menggunakan waktu dengan baik
1.6 Kasus
a) Berdasarkan berita faktual (dapat dipercaya)
b) Masalah kompleks ditulis untuk menstimulasi diskusi kelas dan analisis korabolasi
c) Melibatkan intekasi, eksplorasi realistic berpusat pada siswa dan situasi yang lebih khusus
d) Tinggikan ketegangan antara titik pandang yang bertentangan
e) Mengakhiri kasus pada tindak-tanduk dilemma
1.7 Keuntungan
Keuntungan Case Based Learning menurut Diddie (2006), antara lain :
a) siswa memilah data faktual, menerapkan alat-alat analitik, masalah mengartikulasikan, merefleksikan pengalaman yang relevan, dan menarik kesimpulan mereka dapat berhubungan dengan situasi baru.
b) mereka memperoleh pengetahuan substantif dan mengembangkan keterampilan analitis, kolaboratif, dan komunikasi.
c) Kasus menambah arti dengan menyediakan siswa dengan kesempatan untuk melihat teori dalam praktek.
d) Siswa tampaknya lebih terlibat, tertarik, dan terlibat dalam kelas.
e) CBL mengembangkan kemampuan siswa dalam kelompok belajar, berbicara, dan berpikir kritis.
f) Karena banyak kasus didasarkan pada masalah kontemporer atau realistis, penggunaan kasus di kelas membuat materi pelajaran yang lebih relevan.
1.8 Tujuan
Case Based Learning bertujuan untuk (a) melatih mahasiswa belajar secara kontekstual, (b) mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan yang ada di dalam kasus dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional, dan (c) mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat atau rasional (evidence-based)
1.9 Manfaat
Case Based Learning bermanfaat bagi dosen pengampu dan mahasiswa. Dosen pengampu terbiasa untuk (a) menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program kegiatan pembelajaran semester (RPKPS), (b) bersama-sama peserta didik membahas kasus yang disajikan. Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk berpikir secara kritis ketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka yang dirangsang oleh kasus yang sedang dibahas bersama.
1.10 .Prinsip
Prinsip Case Based Learning adalah student-centered learning dengan mengutamakan problem-solving approach. Dengan demikian peserta didik perlu terlebih dahulu diberi materi yang sesuai dan cukup agar pembahasan kasus dapat berjalan lancar dan mahasiswa mencapai tujuan pembelajarannya.
1.11. Prosedur
a. Dosen pengampu menyiapkan materi (dalam bentuk kasus) yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, dan referensi yang sesuai dengan pokok bahasan
b. Kasus diberikan kepada peserta didik satu minggu sebelum proses jadwal pelaksanaan pembelajaran
c. Pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok kecil dan / atau diskusi kelas
d. Dosen mengamati proses diskusi dan bila perlu memberi sentuhan / pengarahan / koreksi/ pertanyaan agar diskusi kelompok mencapai sasaran
e. Setiap peserta didik diwajibkan membuat catatan ringkas tentang materi yang dibahas (dosen dapat memberi garis besar tentang apa saja yang perlu dicatat / dilaporkan oleh peserta didik)
1.12. Contoh Case Based Learning Demonstration (Video)
Ms. Aderson’s Problem
· Pelatih SDM
· Digunakan untuk menuju melalui seluruh SDM secara manual.
· Tetapi siswa tidak dapat mengaplikasikan apa yang mereka pelajari.
Solusi : CBL
· Membagi siswa dalam kelompok/team
· Lakukan pemanasan
· Jelaskan bahwa mereka akan mempelajari kasus yang berdasarkan pada tantangan atau hambatan SDM secara aktual.
Kasus 1: Bill
· Tentang Bill
1. Dia adalah seorang anggota team senior
2. Dia memiliki cacat fisik
3. Sejarahnya dia memiliki kinerja yang buruk
· Meninjau Kasus Bill
1. Data personal
2. Evaluasi pribadi
3. Perusahaan penggunna sumber daya manusia
4. Tempat kerja yang tepat dan pertanggung jawaban
Bagaimana CBL dapat memecahkan masalah Ms Anderson?
Apa selanjutnya?
· Kasus yang lain
· Setiap kasus mengikuti pola yang sama
· Setiap kasus berdasarkan kenyataan dari tantangan dunia SDM
Strategi CBL dari Ms Anderson :
· Menguraikan resolusi
· Mensyaratkann berbagai materi untuk diaplikasikan dalam konteks dunia nyata.
· Siswa akan dimotivasi untuk memecahkan masalah tertentu ini.
· Ceritakan sebuah cerita yang menarik
· Membuat sebuah dilemma (tetapi tdak memecahkan)
· Membuat diskusi kelompok
· Memprofokasi konflik dan memperkuat pengambilan keputusan.
2. Hasil Penelitian yang relevan
Beberapa penelitian yang relevan terkait dengan pembelajaran berbasis kasus (Case Based Learning), antara lain :
a) PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS KASUS YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Siti Mutmainah, SE, M.Si., Akt. – Dosen Jurusan Akuntansi FE UNDIP
Sehubungan dengan keterbatasan pada model pembelajaran tradisional, upaya perbaikan perlu dilakukan baik dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, manajemen kelas dan juga pada sistem penilaian proses dan hasil belajar. Alternatif yang direkomendasikan untuk itu adalah metode pembelajaran kooperatif berbasis kasus dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Berbagai riset menunjukan bahwa di samping mampu meningkatkan pencapaian pembelajaran, metode pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan non-kognitif seperti self-esteem, kemampuan komunikasi, kemampuan interpersonal, dan pembelajaran untuk belajar. Metode pembelajaran ini diterapkan pada mata kuliah akuntansi keperilakuan pada
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
b) AHMAD, UBAIDILLAH (2012) PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS KASUS YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan case-based learning, cooperative learning dan student-centered learning terhadap pemahaman mahasiswa pada materi Akuntansi Keperilakuan. Penelitian dilakukan pada mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan jumlah sampel sebanyak 49 mahasiswa. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan penerapan case-based learning berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman mahasiswa pada materi akuntansi keperilakuan dan penerapan cooperative learning berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman mahasiswa pada materi akuntansi keperilakuan
c) CASE-BASED LEARNING (CBL)
A NEW PEDAGOGICAL APPROACH TO MULTIDISCIPLINARY STUDIES
Uffe Bro Kjærulff1, Claus Andreas Foss Rosenstand2, Jan Stage3, Mikael Vetner4
Makalah ini mempresentasikan sebuah multidisiplin ilmu yang baru oleh sarjana muda jurusan Teknik Informatika dengan tiga disiplin utama yaitu teknologi, komunikasi dan bisnis. Pada tahun pertama, program ini mengintegrasi ketiga disiplin ilmu ke dalam model pengajaran berbasis kasus. Setelah presentasi perkenalan makalah, isi dan struktur bahasa program. Sesi presentasi berikutnya adalah refleksi pada kerangka paedadogik dengan sebuah model elaborasi paedagogik pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis kasus. Kemudian sebuah peninjauan yang lebih luas dari organisasi pendidikan yang diberikan. Mengikuti ini, pengalaman pertama dari pengajaran dalam enam bulan pertama dari program yang akan didiskusikan, dan akhirnya diberikan sebuah kesimpulan.
d) A REVIEW OF CASE-BASED LEARNING PRACTICES IN AN ONLINE MBA PROGRAM :
A PROGRAM-LEVEL CASE STUDY –
Seung-hee Lee1, Jieun Lee2, Xiaojing Liu3, Curt J. Bonk4 and Richard J Magjuka5
Penelitian ini meneliti bagaiamana sebuah pendekatan case based learning digunakan dan difasilitasi dalam pendidikan bisnis on-line. Persepsi siswa dan instruktur mengenai praktek dari kasus pembelajaran berbasis di lingkungan online. Dieksplorasi dalam hal desain instruksional, fasilitasi, dan dukungan teknologi. Studi ini menemukan berbasis kasus problem belajar untuk menjadi metode pembelajaran yang berharga bagi siswa bisnis online yang mempraktekkan masalah otentik. Pemecahan dengan menerapkan apa yang mereka pelajari. Studi ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis kasus di banyak online dianalisis dalam penelitian ini dan diimplementasikan dengan cara yang mirip dengan kelas tradisional (misalnya, kasus dalam teks pengiriman format, studi kasus individual, atau diskusi kasus).
e) PROBLEM BASED LEARNING VERSUS CASE BASED LEARNING: STUDENTS' PERCEPTIONS IN PRE-CLINICAL MEDICAL EDUCATION - Nita Sodhi-Berry and Helena Iredell School of Population Health The University of Western Australia
Problem based learning (PBL) adalah sebuah kelompok kecil metode pembelajaran yang dengan luas digunakan dalam pendidikan medis. Akan tetapi, para pendidik memiliki perhatian dengan potensi ini khususnya kelompok yang tidak berfungsi, dengan sulit memenuhi pembelajaran yang berpusat pada diri sendiri dan menopangnya. Masih mengakui bahwa pendidikan medis bertahan untuk mempertahankan pengajaran kelompok kecil yaitu interaktif dan kolaboratif secara alami untuk mengembangkan salah satunya yang memiliki kemanjuran dalam praktik pendidikan, mencapai hasil pembelajaran dan sumber-sumber yang digunakan. Case based learning (CBL) sudah dinyatakan sebagai pendekatan yang lebih terstruktur untuk pembelajaran kolaboratif dan integrasi dengan pengetahuan dan ketrampilan. Penelitian sederhana ini, sudah dibandingkan dengan Problem Based Learning dengan metode kelompok kecil yang lain. Penelitian ini menginvestigasi persepsi siswa kea rah Case Based Learning dan Problem Based Learning, setelah intervensi seorang pilot Case based learning (CBL) dalam sebuah unit inti.
3. Standar Operasional yang Baku
3.1 Delapan aturan Case Based Learning menurut Clyde Freeman Herreid (1997)
a) Menceritakan cerita
· Harus memiliki sebuah alur yang menarik hubungannya dengan pengalaman siswa/ partisipan
· Harus terdiri dari permulaan, pertengahan dan akhir
· Akhir cerita tidak seperti yang sebelumnya, itu akan menjadi apa yang murid butuhkan untuk menyediakan kasus yang didiskusikan
b) Fokus pada isu atau masalah yang membangkitkan minat
c) Kumpulan dalam kurun waktu lima tahun sebelumnya (menambah motivasi siswa)
d) Menciptakan empati dengan karakteristik pusat
e) Memasukkan kutipan
f) Relevan dengan pembaca
g) Harus memiliki kegunaan paedagogik
h) Menimbulkan konflik
i) Pemaksaan Keputusan
j) Cukup umum untuk digunakan dalam berbagai aplikasi
3.2 Merancang model pembelajaran Case Based Learning
Sebaiknya, kasus digunakan sebagai katalisator dalam diskusi kelas atau perkuliahan. Sebuah diskusi yang berpusat pada siswa dapat menjadi sebuah aktivitas utama kelas sebagai kolaborasi siswa untuk menganalisis dilemma penuh dan data yang disediakan dan membaginya pada bagian tindakan. Pelajaran berbasis kasus ini dapat digunakan pula dalam kelas kecil maupun besar.
a) Dalam kelas yang sangat besar
· Kasus dapat menjadi pengantar pengalaman pendek yang mengarah ke pengalaman tambahan di laboratorium
· Beberapa waktu dalam perkuliahan digunakan untuk memberikan latar belakang kasus, mungkin dalam sebuah segmen video singkat
· Pengarahan kasus dengan sebuah masalah yang terdefinisikan digunakan pada setting perkuliahan luas dengan menyeleksi anggota kelas ke respon individual
· Seringkali individu dipilih untuk melaporkan kemajuan dalam periode yang singkat dari pekerjaan yang dicapai melalui kedekatan kelompok siswa
· Ada banyak solusi bagi yang memiliki siswa dalam kelas yang lebih besar dengan melakukan pekerjaan bermakna dalam kelompok lebih kecil
· Ada kemungkinan untuk memecah kelas yang besar ke dalam kelompok lebih kecil
· Interaksi rekan diperkaya oleh pengetahuan sebelumnya
b) Dalam kelas yang lebih kecil
· Keuntungan nyata dari pembelajaran siswa tentang bagaimana bekerja bersama mengenai kasus
· Kelompok menjadi lebih kecil dan lebih mudah berinteraksi satu dengan yang lain
· Investigasi Case Based Learning bekerja dengan baik dalam setting ini
· Penelitian lebih lanjut akan memasukkan pemodelan dan simulasi, mining data atau visualisasi data.
c) Dalam kelas yang sebenarnya
· Kasus dikenalkan secara elektronik dengan kelompok siswa yang bekerja bersama dengan cara on-line
· Juga dapat memperluas kesempatan untuk berkomunikasi mahasiswa perguruan tinggi yang mungkin lebih tua dan bekerja.
3.3 Penilaian terhadap pembelajaran berbasis kasus
Wasserman (1994) mencurahkan beberapa bab pendekatan secara rinci yang mencakup evaluasi perilaku siswa, kegiatan generatif dan kegiatan analisis, seperti dirangkum pada Tabel 1. Guru dan siswa bersama-sama menemukan rubrik penilaian yang sangat membantu dalam pembelajaran. Hal ini dapat membantu untuk menggambarkan perilaku yang sukses atau kualitas kerja yang baik. Dalam hal ini tidak ada unsur subjektifitas dari pihak penilai. Ketika guru telah benar-benar menggambarkan perilaku atau kriteria lain, dan siswa memiliki akses informasi secara rinci, maka penilaian akan dapat memperkaya proses pembelajaran.
Dampak
|
Standar
|
Kriteria
|
|
Pengembangan intelektual
|
Kualitas pemikiran
|
Perilaku siswa
|
Ketrampilan
|
Komunikasi, penelitian dan ketrampilan personal
|
Sikap
|
Pribadi perspektif, kepercayaan dan nilai-nilai evaluasi diri
|
Proyek
|
Bukti penelitian, analisis informasi, organisasi dan tata letak, kreatifitas dan orisinalitas
|
Aktivitas generatif
|
Ditulis dan dipresentasikan
|
Organisasi, perspektif baru, penggunaan contoh, pengembangan ide-ide, penggunaan fakta-fakta untuk mendukung argumen, kualitas pemikiran dan analisa
|
Studi lapangan
|
Hipotesis, sistematis, pengumpulan data, relevansi kesimpulan, identifikasi hubungan
|
Membuat perbandingan
|
Kemampuan untuk membandingkan dalam faktor-faktor yang signifikan, perbandingan luas
|
Aktivitas analisis
|
Meringkas
|
Refleksi ide kunci, ringkas, representasi akurat dari isu-isu kunci, ringkasan mengartikulasikan dan mudah untuk dimengerti
|
Klasifikasi
|
Atribut terhubung, tujuan yang lebih besar, memungkinkan makna baru
|
Pengambilan keputusan
|
Artikulasi nilai balik pilihan; nilai-nilai suara; pilihan informasi menggunakan data terbaik yang tersedia
|
Penutup
1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat kami pahami, setelah menganalisa pembelajaran berbasis kasus (Case Based Learning), antara lain :
a) Case Based Learning adalah sebuah rancangan model intruksional yang merupakan sebuah varian dari pembelajaran berorientasi project. Case Based Learning popular dalam dunia bisnis dan sekolah-sekolah hukum. Case Based Learning dalam lingkup yang lebih sempit benar-benar serupa dengan problem based learning, namun Case Based Learning lebih terbuka dalam definisi dari project based learning. Menurut Case Based Learning, kasus adalah berita faktual, masalah yang kompleks ditulis untuk menstimulasi diskusi kelas dan analisis kolaborasi.
b) Proporsi Case Based Learning dengan model pembelajaran lain yang serumpun yaitu bahwa Case Based Learning merupakan bagian terkecil dari sistem pembelajaran aktif (Active Learning). Case Based Learning sendiri erat kaitannya dengan Problem Based Learning, Inquiri Based Learning, dan Project Based Learning karena masing-masing model pembelajaran tersebut tergabung dalam suatu sistem yang sama yaitu pembelajaran aktif (Active Learning).
c) Dalam merancang sebuah pembelajaran berbasis kasus (Case Based Learning), sebaiknya mempersiapkan kasus terlebih dahulu. Kasus digunakan sebagai katalisator dalam diskusi kelas atau perkuliahan. Sebuah diskusi yang berpusat pada siswa dapat menjadi sebuah aktivitas utama kelas sebagai kolaborasi siswa untuk menganalisis dilemma penuh dan data yang disediakan serta membaginya pada bagian-bagian tindakan. Pelajaran berbasis kasus ini dapat digunakan pula dalam kelas kecil maupun besar. Setelah menetapkan kasus, pengajar dapat mengidentifikasi alternative-alternatif yang mungkin akna dibahas dalam proses diskusi, kemudian menganalisisnya secara kolaboratif, baru kemudian membuat kesimpulan.
d) Kelemahan pembelajaran dengan model Case Based Learning
· Siswa dituntut untuk berpikir kritis, apabila mereka belum menguasai materi dan kasus yang tersaji, maka pembelajaran tidak akan berjalan optimal
· Pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yang aktif, namun membosankan bagi siswa yang pasif karena tidak sesuai dengan karakter siswa yang cenderung pendiam dan pasif
· Membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran dan kesabaran yang tinggi bagi guru/ fasilitator
· Apabila kasus yang dibahas tidka sesuai dengan materi, maka pembelajaran akan bias dan di luar konteks
· Guru harus lebih aktif dan kreatif mencari kasus-kasus yang relevan. Bagi guru yang konvensional, pembelajaran berbasis kasus tidka dapat dijalankan dengan baik.
e) Kekuatan pembelajaran dengan model Case Based Learning
· Siswa mendapatkan pembelajaran untuk berpikir kritis dan menemukan solusi tepat dari suatu kasus
· Siswa dapat bekerja sama dengan teman atau guru dalam menyelesaikan sebuah kasus yang dipelajari bersama
· Nilai-nilai toleransi, emnghargai pendapat orang lain, demokrasi dan objektivitas pemikiran dapat terlatih dan dikembangkan
· Siswa memiliki kesempatan untuk bereksplorasi terhadap potensi diri, mengembangkan konsep dan ide
· Siswa memperoleh pengalaman dengan menganalisis ide-ide dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
2. Saran
Saran yang dapat kelompok kami berikan kepada segenap pembaca makalah ini antara lain :
a) Penggunaan pembelajaran dengan model Case Based Learning sangat cocok digunakan pada kasus-kasus ilmu-ilmu sosial, karena akan menimbulkan diskusi kelompok yang hidup, menyenangkan dan bermakna.
b) Kasus yang akan dijadikan bahan diskusi memerlukan persiapan yang cermat, kreatif dan fasilitas yang terampil pada guru. Oleh karena itu perlu memilah kasus yang aktual, relevan dan memiliki banyak alternatif sebagai penunjang analisis kolaboratif siswa.
c) Untuk menilai belajar siswa dan mengevaluasi kinerja kelompok, membutuhkan lebih dari sekedar tes pilihan ganda atau jawaban singkat tradisional, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang jelas, standar kinerja dan kriteria yang relevan sehingga memungkinkan guru untuk menggunakan pendekatan yang lebih holistik untuk kegiatan yang lebih baik sesuai kebutuhan siswa.